Judul : Di Antara Pertanyaan dan Iman
Tentang keraguan, keyakinan, dan tempat manusia di antaranya
Manusia adalah makhluk yang bertanya. Tapi manusia juga makhluk yang percaya.
Di antara dua hal itu—pertanyaan dan iman—kita hidup, kita berjalan, kadang tersandung. Kadang kita menyebut itu pencarian. Kadang kita menyebutnya cobaan.
Pertanyaan muncul dari kekosongan, dari lubang-lubang di dinding keyakinan. Ia datang saat doa tak dijawab, saat dunia tak adil, saat kematian datang tanpa alasan. Pertanyaan adalah isyarat dari nalar yang lapar. Tapi iman adalah panggilan dari hati yang haus.
Bisakah keduanya berjalan bersama?
Bisa. Tapi tidak selalu rukun.
Pertanyaan ingin bukti. Iman ingin ketundukan.
Pertanyaan merayakan keraguan. Iman berdiri di atas kepastian.
Namun, jika keduanya kita pisahkan sepenuhnya, kita pun terbelah: menjadi otak tanpa rasa atau hati tanpa arah.
Banyak dari kita takut bertanya karena khawatir kehilangan iman. Tapi iman yang tak pernah diuji, hanya akan rapuh saat badai datang.
Sebaliknya, pertanyaan yang tak pernah menemukan batas, bisa menjadi labirin yang mengaburkan tujuan.
Maka manusia berjalan di antara keduanya.
Seperti menyeberang jembatan di atas jurang: satu kaki di tanah pengetahuan, satu kaki di tanah harapan.
Kita ingin tahu, tapi kita juga ingin percaya bahwa ada makna, ada cinta, ada tangan yang tak terlihat yang menuntun.
Iman yang dewasa bukanlah iman tanpa keraguan.
Ia adalah iman yang tumbuh justru karena pernah retak.
Ia adalah keyakinan yang memilih tetap percaya meski tak semua dapat dijelaskan.
Karena pada akhirnya, pertanyaan tak selalu untuk dijawab—
Dan iman tak selalu untuk dimenangkan.
Keduanya mungkin bukan tujuan, melainkan jalan.
Dan manusia, barangkali, diciptakan untuk terus menyeberang
dari satu sisi ke sisi lain,
dengan gemetar,
tapi terus melangkah.
0 Komentar
Silahlan tulis komentar anda