Judul : Judul : Kebebasan yang Tak Disadari
Di zaman ketika kita bisa berkata apa saja, kapan saja, dan kepada siapa saja—
apakah kita benar-benar bebas?
Di zaman ketika ribuan pilihan tersedia dalam satu genggaman—
apakah kita sungguh memilih?
Kita hidup dalam zaman yang riuh:
scroll tanpa henti, klik tanpa pikir panjang, unggah dan hapus, komentar lalu lupa.
Dunia terasa cair, tanpa batas, dan kita diberi kesan:
bahwa ini semua adalah bentuk kebebasan.
Tapi kadang aku bertanya,
apakah kita yang mengendalikan layar itu, ataukah layar itu yang mengendalikan kita?
Apakah kita yang memilih, ataukah algoritma yang sudah memilihkan terlebih dahulu?
Kita mungkin bebas berbicara, tapi kepada siapa?
Kita bebas bergerak, tapi ke mana?
Bebas berpendapat, tapi apakah pendapat itu lahir dari perenungan, atau dari pengulangan?
Banyak orang hidup dengan ilusi bahwa mereka “bebas”—
padahal setiap hari mereka dikurung oleh notifikasi, oleh ekspektasi sosial, oleh standar sukses yang diciptakan oleh layar kaca.
Dan yang lebih menyedihkan:
banyak yang tak sadar bahwa kebebasannya palsu,
karena sudah terlanjur merasa nyaman dalam penjara yang disamarkan sebagai taman bermain.
Kebebasan sejati bukanlah banyaknya pilihan.
Tapi keberanian untuk menolak pilihan yang memenjarakan diri.
Keberanian untuk diam saat dunia menyuruh bicara.
Keberanian untuk berpikir sendiri,
meski semua orang berkata itu kuno.
0 Komentar
Silahlan tulis komentar anda