Ticker posts

Loading...

Header Widget

Sawah Responsive Advertisement

Hening yang Tak Lagi Sakral

Hening yang Tak Lagi Sakral
Judul : Hening yang Tak Lagi Sakral


Dulu, keheningan adalah ruang.
Tempat orang bertemu dirinya sendiri.
Tempat doa berbisik. Tempat pikiran merenung. Tempat hati belajar mendengar.

Kini, keheningan menjadi keganjilan.
Ia seperti ruang kosong yang harus segera diisi:
dengan musik, notifikasi, suara, reels, atau suara kita sendiri yang bicara tanpa henti.

Padahal, dulu kita menghindari suara karena tau:
terlalu banyak suara bisa menenggelamkan makna.
Sekarang, kita takut sunyi karena merasa:
jika tak bersuara, kita lenyap.

Kebisingan itu tak lagi hanya datang dari luar.
Ia kini tinggal di dalam kepala:
berupa pikiran yang tak mau diam, perbandingan yang tak pernah selesai,
dan dorongan konstan untuk menjadi "terlihat", "terdengar", "diperhatikan".

Hening yang dulu suci, kini dikira tanda kesepian.
Padahal, mungkin di sanalah justru kita menemukan yang paling sejati:
diri kita sendiri, atau yang lebih tinggi dari kita.

Hening tak pernah mati,
hanya ditinggalkan.

Dan barangsiapa berani kembali menjemputnya,
ia mungkin akan mendengar suara yang lebih dalam dari segala kebisingan:
suara hati, suara nurani, atau suara langit

Posting Komentar

0 Komentar